Selasa, 01 Januari 2019

Happy New Year 2019


 YA'AHOWU WANUNU FANDRU 2019

TUHAN MEMBERKATI

Kamis, 17 Agustus 2017

DIRGAHAYU HUT REPUBLIK INDONESIA KE-72




Dengan Semangat Kemerdekaan, mari kita membangun bangsa dan negara Indonesia tercinta ini dengan mendukung & melaksanakan KERJA BERSAMA.

Dengan  kebersamaan, kita memperkokoh Bhineka Tunggal Ika, berdasar Pancasila dan UUD 1945 tanpa membeda-bedakan suku, bahasa, agama dan daerah. 

BERSATU KITA TEGUH BERCERAI KITA RUNTUH !!

NKRI HARGA MATI !!!

Sabtu, 22 Juli 2017

TURNAMEN DALAM RANGKA HUT PAMANIS & SILATURAHMI DPD HIMNI JABAR (Tahun 2017)


Dalam Rangka merayakan HUT PAMANIS ke 41 tahun dan silaturahmi DPD HIMNI Jawa Barat tahun 2017, maka diselenggarakan Turnamen Olah raga Badminton, Bola Voli, dan Futsal.
Diselenggarakan di Bandung, di beberapa lokasi orang raga, mulai dari bulan Juli sampai awal bulan September 2017.

Diharapkan keikutsertaan seluruh organisasi Ono Niha yang ada di wilayah Jawa Barat untuk mengirimkan Tim utusan nya untuk ikut bertanding. Diharapkan dengan adanya acara ini maka tali persaudaraan di antara sesama Ono Niha (orang Nias) dari organisasi apapun akan semakin erat dan kompak. 

SELAMAT BERTANDING.

BERSATU KITA BISA.

Jumat, 14 Juli 2017

SELAMAT & SUKSES ATAS RAKERNAS HIMNI 2017

BLOGGER NIAS PULAU WISATA

mengucapkan:

SELAMAT & SUKSES
 
KEPADA  
DEWAN PENGURUS PUSAT (DPP)
HIMPUNAN MASYARAKAT NIAS INDONESIA (HIMNI)


DAN KEPADA SELURUH PESERTA DPD & DPC SELURUH INDONESIA

ATAS PELAKSANAAN

ACARA RAKERNAS HIMNI TAHUN 2017

DENGAN TEMA:
"MEWUJUDKAN NIAS PULAU IMPIAN"

Dengan Semangat Bersatu Kita Bisa,
HIMNI Konsisten Memajukan Kepulauan Nias

Tempat : PURI MEGA HOTEL, JAKARTA PUSAT

Tanggal : 15 - 16 JULI 2017

BERSATU KITA BISA !!! 

YA'AHOWU !!

Rabu, 05 Juli 2017

Letak dan Keadaan Geografis Pulau Nias



Kabupaten Nias yang merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang disebut Pulau Nias. Perjalanan menuju Pulau Nias ditempuh dengan menggunakan kapal laut dan pesawat. Perjalanan menggunakan kapal laut ditempuh dari pelabuhan Sibolga menggunakan Kapal Barau, Nias Indah dan Kapal Ferry. Sedangkan perjalanan udara ditempuh dari Bandara Polonia Medan menuju Bandara Binaka Nias selama 1 jam dengan menggunakan pesawat SMAC, dan Merpati.

Luas Kabupaten Nias adalah 3.495,40 Km² atau 4,88% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara dan merupakan daerah gugusan pulau yang jumlahnya mencapai 132 pulau. Menurut letak geografis, Kabupaten Nias terletak pada garis 0º12’-1º32’LU (Lintang Utara) dan 97º-98ºBT (Bujur Timur) dekat dengan garis khatulistiwa dengan batas-batas wilayah :
  • Sebelah Utara         : berbatasan dengan Pulau-pulau Banyak Provinsi   Nanggroe Aceh Darussalam;
  • Sebelah Selatan      : berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara;
  • Sebelah Timur        :  berbatasan dengan Pulau Mursala, Kabupaten Tapanuli Tengah;
  • Sebelah Barat         :   berbatasan dengan Samudera Hindia.
Pemekaran daerah adalah pemecahan provinsi atau kabupaten/ kota menjadi dua daerah atau lebih. Pemekaran daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Semangat otonomi daerah dan fenomena keinginan masyarakat pada berbagai wilayah di Indonesia untuk membentuk daerah otonom baru melalui pemekaran daerah juga terasa dan menjadi aspirasi masyarakat Nias. Pada tanggal 29 Oktober 2008, DPR RI mensyahkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara yang terdiri dari, Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Barat, Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsitoli

Adapun pembagian wilayah di Pulau Nias yakni:

  1. Bawolato
  2. Gido
  3. Hili Serangkai
  4. Hiliduho
  5. Idano Gawo
  1. Afulu
  2. Lotu
  3. Alasa
  4. Alasa Talumuzoi
  5. Lahewa
  6. Lahewa Timur
  7. Namohalu Esiwa
  8. Sawo
  9. Sitolu Ori
  10. Tugala Oyo
  11. Tuhemberua
  1. Lahomi
  2. Lolofitu Moi
  3. Mandrehe
  4. Mandrehe Barat
  5. Mandrehe Utara
  6. Moro’o
  7. Sirombu
  8. Ulu Moro’o
  1. Gunung Sitoli
  2. Gunung Sitoli Alo’oa
  3. Gunung Sitoli Barat
  4. Gunung Sitoli Idanoi
  5. Gunung Sitoli Selatan
  6. Gunung Sitoli Utara

Kabupaten Nias Selatan adalah salah satu kabupaten di Sumatra Utara yang terletak di pulau Nias. Penduduknya berjumlah 275.422 jiwa (Januari 2005). Nias Selatan sebelumnya adalah bagian Kabupaten Nias. Status otonom diperoleh pada 25 Februari 2003 dan diresmikan pada 28 Juli 2003. Kabupaten ini terdiri dari 104 gugusan pulau besar dan kecil. Letak pulau- pulau itu memanjang sejajar Pulau Sumatera. Panjang pulau-pulau itu lebih kurang 60 kilometer, lebar 40 kilometer.

Dari seluruh gugusan pulau itu, ada empat pulau besar, yakni Pulau Tanah Bala (39,67 km²), Pulau Tanah Masa (32,16 km²), Pulau Tello (18 km²), dan Pulau Pini (24,36 km²). Tidak seluruh pulau berpenghuni. Masyarakat Nias Selatan tersebar di 21 pulau dalam delapan kecamatan.

Nias Selatan terdiri atas 8 kecamatan yaitu:
  1. Kepulauan Batu
  2. Pulau Hibala
  3. Teluk Dalam
  4. Amandraya
  5. Lahusa
  6. Gomo
  7. Lolomatua
  8. Lolowau
Pulau Nias beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu mencapai 2.927,6 mm pertahun sedangkan jumlah hari hujan setahun 200-250 hari atau 86 %. Kelembaban udara rata-rata setiap tahun antara 90 %, dengan suhu udara berkisar antara 17,0ºC – 32,60ºC.

Kondisi alam daratan Pulau Nias sebagian besar berbukit-bukit dan terjal serta pegunungan dengan tinggi di atas laut bervariasi  antara 0-800 m, yang terdiri dari dataran rendah hingga bergelombang sebanyak 24% dari tanah bergelombang hingga berbukit-bukit 28,8% dan dari berbukit hingga pegunungan 51,2% dari seluruh luas daratan. Akibat kondisi alam yang demikian mengakibatkan adanya 102 sungai-sungai kecil, sedang, atau besar ditemui hampir diseluruh kecamatan.

Iklim

Keadaan iklim Kabupaten Nias di pengaruhi oleh Samudra Hindia. Suhu udara dalam satu tahun rata-rata 26°C dan rata-rata maksimum 31°C. Kecepatan rata-rata dalam satu tahun 14 knot/jam dan bisa mencapai rata-rata maksimum sebesar 16 knot/jam dengan arah angin terbanyak berasal dari arah utara.

Senin, 03 April 2017

Orang Nias Tahun 1150 Masehi Masih Hidup di Dalam Gua

PENDAHULUAN

Tiga faktor utama dalam perkembangan sejarah adalah faktor alam, manusia dan kebudayaan beserta bentuknya. Kelangsungan hidup manusia secara langsung dipengaruhi oleh lingkungan alam dan fisik tempat tinggal. Usaha manusia dalam memanfaatkan lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengolah secara berkelanjutan untuk memenuhi kehidupannya baik kehidupan jasmani seperti pangan dan papan maupun rohani seperti religi, dari tingkat sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih kompleks.

Manusia, sebagai bagian dari sistem kehidupan turut menciptakan corak dan bentuk pada lingkungannya. Hal tersebut dikarenakan manusia dibekali oleh akal fikiran yang memungkinkan berkembangnya suatu teknologi. Teknologi merupakan salah satu unsur yang dapat menentukan tingkat kebudayaan manusia apabila mencermati perkembangan kehidupan manusia melalui tinggalan arkeologi, terlihat bahwa manusia melalui kebudayaannya akan berusaha merespon lingkungan alam dimana ia merupakan salah satu unsurnya.

Perkembangan budaya pada kala Plestosen berjalan lambat. Hal ini mencerminkan kesulitan manusia pada masa ini dalam menghadapi tantangan alam. Pada kala Holosen lingkungan alam mengalami perubahan yang drastis sehingga lingkungan semakin stabil dan alternatif pemenuhan kebudayaan semakin banyak. Dengan gejala tersebut maka kebudayaan pada kala ini berjalan lebih cepat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Kebudayaan pada kala Holosen di Indonesia ditandai dengan munculnya kelompok budaya baru melalui inovasi di bidang teknologi maupun sosial ekonomi. Contoh kebudayaan tersebut meliputi budaya Hoabinian, kelompok industri serpih bilah, kelompok industri tulang Sampungian, dan kelompok budaya lukisan gua.

Keterkaitan manusia dengan lingkungan alam akan terlihat dari pemanfaatan bentang alam dan sumberdaya batuan, selain pemanfaatan binatang dan tumbuhan. Pemilihan tempat hunian secara tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan, diantaranya ketersediaannya sumber daya alam, keamanan, akses yang mudah pada lokasi sumber daya, efektifitas dan efisiensi energi operasional dalam pengelolaan sumber daya.

Pada tahap awal, karakter hunian lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dari pada kecerdasan. Gua sebagai tempat tinggal merupakan satu tahap sebelum kehidupan yang lebih menetap. Kehidupan pada tahap ini masih bersifat sementara (semi-permanen) yang dipengaruhi keberadaan sumber daya di lingkungan sekitar. Pada tahap berikutnya, manusia hidup secara permanen (menetap) di suatu tempat dengan kehidupan dan kebutuhan yang lebih kompleks, termasuk kebutuhan dalam kehidupan religi. Pada masa ini mulai muncul monumen-monumen yang ditujukan sebagai kepentingan religi (megalitik).

PENELITIAN DI GUA TOGI NDRAWA

Gua Togi Ndrawa di Dusun II, Desa Lolowonu Niko’otano, Kecamatan Gunung Sitoli, Kabupaten Nias. Terletak antara 010 16.960’ LU dan 970 35.675’ BT dengan ketinggian 175 dpl dan berjarak sekitar 3 km dari Gunung Sitoli. Situs ini terletak pada lereng perbukitan dengan karakter terjal dan sedang. Memiliki empat mulut gua yang memanjang dari arah Selatan ke Utara. Mulut gua menghadap ke Timur dan Tenggara dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi atap gua yang berbeda-beda.

Penelitian arkeologi di Gua Togi Ndrawa oleh Balai Arkeologi Medan secara bertahap dimulai sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2002. Rangkaian penelitian tersebut menghasilkan data mengenai kehadiran manusia di situs tersebut. Adapun temuan yang dihasilkan berupa alat-alat batu yang berkarakter mesolitik, diantaranya serpih batu, batu pukul dan pipisan. Temuan lain berupa sisa-sisa vertebrata yang terdiri dari ikan (Pisces), ular (Ophodia), buaya (Squamosa), kura-kura (Testudinidae), hewan pemakan daging (Carnivora), Hewan pengerat (Rodentia), kelelawar (Chiroptera), hewan berkuku genap (Artiodactyla) dan Primata cangkang moluska yang terdiri dari kelas Gastropoda dan Pelecypoda. Kemudian penelitian dilanjutkan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta dan Institu de Recherche pour de Developpment, Perancis.

Kehadiran manusia di dalam gua ini tercermin dari temuan-temuan arkeologis yang ditemukan seperti cangkang moluska, sisa-sisa vertebrata (tulang dan gigi), batu yang memiliki indikasi sebagai alat, arang sebagai sisa pembakaran, oker dan temuan lainnya. Selain itu pada lapisan ini ditemukan alat dari tanduk, beberapa batu pukul, dan batu andesit lonjong. Selain dari temuan artefaktual, kegiatan manusia tercermin pada sisipan abu berwarna keputihan yang merupakan abu sisa pembakaran tersebut.

Indikasi kehidupan manusia sampai pada kedalaman kurang lebih 400 cm. Hal ini tercermin dari data artefaktual yang masih ditemukan sampai kedalaman ini. Temuan yang cukup menarik pada salah satu kotak gali yaitu batu andesit lonjong dengan karakter sebagai alat pemukul, batu pukul dan alat (spatula) dari tanduk. Selain itu pada kotak ini ditemukan juga sisa-sisa vertebrata berupa rahang bawah (mandibula) dari macaca.sp dan fragmen rahang Suidae, canin Suidae dan beberapa gigi yang kemungkinan dari famili Suidae pula.

Dari beberapa temuan tulang, terdapat lima artefak, yaitu : dua lancipan berbahan tulang, dua spatula dari tulang panjang dan satu spatula dari tanduk rusa (Cervidae).

Determinasi terhadap lancipan tulang didasari atas adanya jejak reduksi dari anggota tulang panjang sehingga menghasilkan satu fragmen memanjang, bidang yang dihaluskan dan usaha peruncingan pada bagian ventral fragmen. Pada spatula tulang dan tanduk pengamatan terfokus pada adanya jejak penghalusan pada bagian ventral dan jejak peretusan pada wilayah tersebut. Beberapa cangkang moluska menunjukkan adanya modifikasi lebih lanjut sebagai peralatan sehari-hari (artefak). Tipelogi artefak cangkang hasil temuan penggalian ini, berdasarkan satuan analisis terdiri dari : serut, serut penusuk, penggosok dan penusuk.

Analisis yang dilakukan, artefak litik dari situs Togi Ndrawa berasal dari bahan batu gamping, andesit dan batuan kuarsa. Secara tipologi artefak litik dari situs Togi Ndrawa terdiri dari chopper, chopping tool, pipisan, serut samping, serut gerigi, serut berpunggung, serut ujung, serut cembung dan gurdi.

Hasil analisis dengan menggunakan metode radio carbon atas sampel moluska yang ditemukan di dalam tanah serta sampel abu pembakaran dihasilkan kronologi absolut yaitu berturut-turut dari kedalam 15 cm sampai 400 cm di bawah permukaan tanah menghasilkan : 850±90 BP (Before Present), 1330±80 BP, 1540±90 BP, 3540±100 BP, 5540±110 BP, 7890±120 BP, 8590±140 BP, 9180±150 BP, 9540±210 BP, 11.010±250 BP, 12.170±400 BP.